Kita tahu, Indonesia yang kaya ini mempunyai potensi yang sangatlah besar dalam berbagai sektor. Mulai dari sumber daya alam, pariwisata, dan budaya atau adat istiadat. Tetapi semua itu belum dikelola dan digali dengan baik oleh masyarakat Indonesia sendiri.
Pada dasarnya di Indonesia banyak komoditas pertanian primer, seperti beras, kelapa sawit, kopi, dan kedelai dapat dimaksimalkan dengan baik. Lantaran tidak dikelola dengan baik, akhirnya impor sering menjadi pilihan terakhir, termasuk impor budaya. Sering Indonesia juga tidak bisa menahan serbuan impor pertanian, yang di mana kualitaslebih bagus dan harganyapun lebih murah disbanding harga dalam negeri.
Pada dasarnya di Indonesia banyak komoditas pertanian primer, seperti beras, kelapa sawit, kopi, dan kedelai dapat dimaksimalkan dengan baik. Lantaran tidak dikelola dengan baik, akhirnya impor sering menjadi pilihan terakhir, termasuk impor budaya. Sering Indonesia juga tidak bisa menahan serbuan impor pertanian, yang di mana kualitaslebih bagus dan harganyapun lebih murah disbanding harga dalam negeri.
Selain itu banyak dari kita yang
terlalu membanggakan apa yang kita gunakan adalah produk luar negeri, seakan
kita lebih berkelas menggunakannnya. Mulai dari fashion, alat rumah tangga dll
produk, yang penting luar negeri! Ternyata, banyak produk dalam negeri yang
jadi pemasok merk - merk mahal dan terkenal dari luar negeri. Kalau pandangan
kita terus dibiarkan seperti ini, produk dalam negeri kita akan menerus tidak
ada dukungan dari dalam negeri untuk mempopulerkan di luar negeri. Ada juga
produk dalam negeri mulai dibanggakan setelah produk itu bisa menembus pasar luar negeri, baru
setelah itu masyarakat dalam negeri membanggakan dan mengenal hasil produk itu dari dalam negeri sendiri.
Efek dominonya bisa menjadikan
pembengkakan pada anggaran rutin dari APBN, dan menyempitnya anggaran
pembangunan, yang sebenarnya kalau dialokasikan kepada masyarakat kalangan
bawah, dapat mengatasi pengangguran dan kemiskinan. Masalah pengangguran dan
kemiskinan merupakan masalah klasik yang turun-temurun, yang salah satu
sebabnya adalah kurangnya apresiasi terhadap produksi dalam negeri.
Kita harus bangga dan
mendukung brand dalam negeri kita.
Dengan ada dukungan dari konsumen dalam negeri, merk/brand dari dalam negeri
bisa lebih cepat terkenal dan go internasional. Karena produk dalam negeri juga
memiliki standar internasional
yang membanggakan.
Semoga artikel berikut ini bisa
sedikit menggugah rasa cinta kita akan
produk Indonesia. Jangan sampai produk dalam negeri kita lebih dulu
dikenal diluar negeri baru kita mangenalnya. Kita harus lebih mencintai produk
dalam negeri kita sebelum mereka mencintai produk kita.
Bila dicermati, kita mempunya banyak pekerja Indonesia yang disia-siakan atau tidak dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintahsendiri. Sebagai contoh petani yang berada di luar negeri meskipun masyarakat petaninya minoritas itu memiliki perlindungan dan fasilitas dari pemerintah seperti subsidi, insentif, dan stimulus ekonomi,. Sebaliknya di Indonesia yang mayoritas warganya bermata pencaharian sebagai petani, mereka malah kurang diperhatikan dengan baik oleh pemerintah. .
Pada 1923, Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging) mengeluarkan pernyataan bahwa tiap warga Indonesia harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan bangsa dengan kekuatan dan kemampuannya sendiri terlepas dari bantuan orang lain. Kita juga dapat mengambil contoh perkataan Wakil Presiden Indonesia pertama, Bung Hatta, "Dengan memakai prinsip nonkooperatif, suatu kebijaksanaan menyandarkan diri pada kekuatan sendiri, yaitu suatu kebijaksanaan berdiri di atas kaki sendiri akan mengumandangkan perasaan hormat pada diri sendiri ke dalam kalbu rakyat Indonesia. Sebab hanya suatu bangsa yang telah menyingkirkan perasaan tergantung saja yang tidak takut akan hari depan. Hanya suatu bangsa yang paham akan harga dirinya maka cakrawalanya akan terang benderang”.
Indonesia sebenarnya sudah
mempunyai beberapa brand-brand lokal yang telah berjaya di dunia internasional.
Produk-produk asli Indonesia
tidak kalah dengan produk-produk luar negeri, itu yang memotivasi program Aku
Cinta Indonesia (ACI) yang dicanangkan Presiden pada pembukaan Inacraft 2009.
Pada kesempatan tersebut, bersamaan dengan peluncuran logo 100% Indonesia,
untuk ke depannya tren ini akan semakin menguat, terutama setelah Departemen
Perdagangan juga menetapkan target yaitu 200 brand lokal bisa go international
pada tahun 2010. Target yang cukup ambisius, mengingat kondisi perekonomian
kini sedang mengalami krisis global.
"Sudah mencapai sekitar 175,
mudah-mudahan tahun 2010 tercapai (200)," kata Kepala Badan Pengembangan
Ekspor Nasional (BPEN) Kementerian Perdagangan Hesti Indah Kresnarini
saat ditemui di kantor Kementerian, Jakarta,
Selasa (5/1/2009).
Kita harus optimis karena di balik
risiko selalu ada opportunity. Jika pasar internasional itu memang feasible
untuk diraih, dan Departemen Perdagangan mendukung dengan sangat kuat, maka
mungkin saja target tersebut akan dicapai. Dalam hal ini, Badan Ekspor
Pengembangan Nasional (BPEN) nantinya merupakan pihak yang bertanggung jawab
dalam meningkatkan branding produk lokal ke pasar internasional.
Brand yang sudah berpotensi melebarkan sayap saat
ini dan memulai kiprahnya di dunia internasional dan berpotensi untuk terus
melebarkan sayapnya. Berikut ini adalah beberapa kisah suksesnya.
Nyaris tiada satupun penduduk Indonesia yang tidak
mengenal merek ini, Indomie. Indomie merupakan merek mi instan terpopuler di Indonesia,
bahkan merek ini sudah menjadi sebutan tersendiri bagi mi instan. Meskipun
merujuk pada mi instan lain, orang seringkali menyebutnya Indomie.
Kontribusi penjualan Indomie terhadap pendapatan
Indofood merupakan yang terbesar, yakni sekitar 28%, dengan sebagian besar
penjualan berasal dari produk Indomie Goreng, yang mungkin juga jadi favorit
Anda. Yang mungkin belum banyak diketahui, selain populer di Indonesia,
Indomie juga sudah menembus pasar luar negeri seperti Asia,
Australia,
AS, Eropa, hingga Afrika.
Dalam merambah pasar internasional, Indofood
membuka fasilitas produksi mie instan di berbagai negara, seperti di Jeddah,
Saudi Arabia, dan Nigeria. Selain itu, Indofood juga memasarkan Indomie dengan
menggunakan cara lisensi, seperti kepada Pinehill Arabia Food Limited (Saudi
Arabia) dan De United Food Industries Limited (Nigeria), yang keduanya
memperoleh hak untuk menggunakan merek Indomie di negaranya masing-masing.
Bahkan, di Nigeria, yang merupakan pasar mie instan terbesar ke-13 di dunia,
Indomie sudah seperti makanan pokok dan dianggap sebagai makanan asli Nigeria
sendiri.
Mustika Ratu merupakan contoh sukses perusahaan lokal yang menembus pasar internasional. Produk-produk Mustika Ratu cakupannya cukup luas, mulai dari aneka ragam kosmetik, hingga minyak telon dan Slimming Tea.
Sepanjang tahun 2008, Mustika Ratu membukukan
prestasi yang mengagumkan, dimana penjualannya meningkat sebesar 30%, padahal
menurut survei dari Nielsen, industri kosmetik nasional hanya tumbuh 15%.
Penjualan ini juga ditunjang oleh ekspor, yang kontribusinya mencapai 30% dari
total penjualan. Pasar ekspor Mustika Ratu sendiri sudah sampai ke Malaysia,
Brunei, Arab Saudi, Timur Tengah, Hong Kong, hingga Afrika. Malaysia merupakan
pasar ekspor terbesar, karena kontribusinya hingga 50% terhadap total penjualan
ekspor.
Es Teler 77 pertama kali didirikan oleh Sukyatno Nugroho setelah mertuanya, Murniati Widjaja, memenangkan lomba es teler nasional pada tahun 1982. Awalnya, gerai mereka hanya sebuah warung tenda biasa yang terletak di sebuah gedung perkantoran Jakarta, namun kini gerainya dapat kita temukan di berbagai pusat perbelanjaan. Konsep utama dari Es Teler 77 adalah menyajikan makanan dan minuman yang asli Indonesia dengan resep orisinil, seperti mie ayam, bakso, otak-otak goreng, dan tentunya es teler yang menjadi andalan.
Untuk mendukung perkembangannya, Es Teler 77
menerapkan sistem waralaba (franchise) yang memungkinkannya kini telah
mempunyai lebih dari 200 cabang, termasuk di luar negeri. Di luar negeri, gerai
Es Teler 77 berhasil menembus pasar di
Singapura, Malaysia,
hingga Australia.
Kunci sukses Es Teler 77 adalah karena tingginya tingkat permintaan dari warga negara
Indonesia
yang tinggal di kedua negara tersebut. Es Teler 77 diperkirakan masih
berpotensi untuk melebarkan sayapnya secara global, terutama di negara-negara
dengan warga negara Indonesia
dalam jumlah cukup banyak.
Edward Forrer
Meskipun terdengar berbau Italia, Edward Forrer adalah merek asli Indonesia yang sudah menembus beberapa pasar internasional. Merek Edward Forrer berasal dari nama pemiliknya sendiri, yakni Edward Forrer, yang hanya merupakan lulusan SMA kemudian menjadi pengusaha sepatu di Bandung. Selepas kesuksesan di Kota Kembang, Edward Forrer melebarkan sayap hingga ke berbagai kota besar di seluruh Indonesia. Sementara itu, untuk memulai go international kini Edward Forrer mempunyai outlet di Australia, Malaysia dan Hawaii.
Dengan mengusung nama yang berbau asing, tentunya
merek ini bisa lebih mudah menembus pasar luar negeri. Apalagi, sepatu yang
dihasilkan berkualitas tinggi dan tidak kalah dengan produk asing. Seiring
dengan langkah globalnya, visi ambisius Edward Forrer yakni “The best shoes
store in the world” menjadi impian yang semakin mendekati kenyataan.
Petersaysdenim
Brand
pakain remaja asal Bandung baru-baru ini mulai dikenal oleh masyarakat
Indonesia setelah brand ini berhasil menembus pasar Internasional.
Petersaysdenim telah mempunyai beberapa outlet di luar negeri antaralain di
Singapore, Malaysia, Australia dan Canada. Dan mempunyai outlet dalam negeri di
Bandung dan Bali.
Selain nama-nama tersebut, sebenarnya masih banyak
merek lain yang berjaya di dunia internasional, seperti Ceres, Sido Muncul
ataupun Sosro. Sementara itu, produk-produk Garudafood, Maspion, Mayora, Sari
Ayu dan banyak lagi lainnya mempunyai potensi untuk tampil di pentas
internasional.
Hanya saja, yang perlu dicermati adalah tantangan
perekonomian yang kini terjadi di level global serta pemahaman yang baik
mengenai berbagai aspek konsumen global. Jika konsumen global sudah dipahami
dengan baik, maka bukan tidak mungkin dalam kurun waktu beberapa tahun lagi
kita akan melihat semakin banyak merk-merk Indonesia yang populer di seluruh
dunia.
Karena itu, sebagai masyarakat Indonesia marilah
kita mulai dari individu masing-masing dan mengajak lingkungan sekitar untuk
mencintai dan menggunakan produk dan budaya negara kita sendiri. Kita tidak
akan bergantung lagi dengan produk asing, karena kita percaya bahwa kita mampu
memproduksi hasil sumber daya alam dengan kualitas yang lebih baik juga
Daftar Pustaka
Belantaraindonesia.org
Cianjur-online.com
Andrewiwanto.wordpress.com
0 comments:
Post a Comment